Belu.Spektrum-ntt.com || Salah satu Komunitas Difabel yang berada di Kabupaten Belu, yakni ITA HANESAN gelar galang dana dibeberapa Organisasi Perangkat Daerah.
Tuntutan hidup menjadi bagian dari setiap insan kehidupan tanpa mengenal kekurangan dan keterbatasan yang ada. Sekalipun memiliki keterbatasan fisik, namun hal itu tidak menjadi sebuah halangan bagi para kaum difabel di Kabupaten Belu ini untuk berjuang untuk demi menyambung hidup.
Sejak Jumat (10/02/23) s/d Sabtu (11/02/23) sebanyak 54 orang difabel yang bergabung dalam komunitas "ITA HANESAN", yang artinya (Kita Semua Sama) lakukan penggalangan dana dengan cara menjual ikan bakar ke setiap Organisasi Pemerintah Daerah (OPD) yang ada di Kabupaten Belu, Nusa Tenggara Timur (NTT).
"Penggalangan dana ini untuk mencari anggaran agar pihak komunitasnya bisa di daftarkan Akte Notaris sehingga secara legalitasnya sah," ungkap Juan Nevez kepada media pada, Sabtu (11/02/23).
Tujuan kita untuk membuat akte notaris karena kita berencana untuk membuka yayasan. Sehingga teman-teman difabel yang lain kita akan akomodir semua dalam yayasan nantinya, jelasnya.
Selain mencari dana untuk pembuatan akte notaris, sambungnya, disampaing itu juga demi pemberdayaan sesama anggota difabel yang ada di Kabupaten Belu ini.
"Kegiatan penjualan ikan bakar ke dinas-dinas terkait ini adalah kegiatan perdana dari komunitas ini. Ini adalah kegiatan pertama kita, akan berlangsung selama dua hari yakni jumat dan sabtu," ucapnya.
Dikatakan ketua komunitas itu, untuk kesiapan administrasi lainnya, saat ini ia bersama teman komunitasnya telah mempersiapakan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangganya (AD/ART) serta susunan kepengurusannya. Pasalnya, tekat kebersamaan untuk membuat akte notaris agar komunitas bisa berubah status menjadi yayasan.
"Kita sudah siapkan semua perangkatnya. Selain itu, kita juga sudah menyiapkan proposal-proposal," tandas Juan.
Menurutnya, untuk kegiatan hari ini, pihaknya masih memenuhi pesanan dari pada instansi-instansi dulu, dan hari kedua pihaknya akan khusus mengantar untuk teman-teman dan kenalan yang melakukan pemesanan, baik itu melalui whatsapp, facebook, dan juga by-phone.
"Khusus untuk hari pertama dan kedua ini kita menyediakan 50 porsi, untuk lima instansi dengan harga Rp. 30. 000/porsi. Modal awal kita 1 juta," terangnya.
Lanjutnya, untuk komunitas ITA HANESAN bukan hanya pihaknya saja, namun ada juga dewan pembinanya yakni Pdt. Melki Nobisa, dan juga konsultan. Untuk konsultan terdiri dari 4 (empat) orang diantaranya, Filomena Loe (FPPA), Florida Roman (PPC), Konstan Ofir Kase (PPMD 3), dan Maria V. A. Fernandez.
"Khusus untuk konsultan, tugas dan wewenangnya mereka sama dan setara dengan saya sebagai ketua," jelasnya.
Juan pun menjelaskan, sementara ini untuk anggota yang datanya sudah masuk dan terdata oleh sekretaris baru 54 orang, tapi yang belum terdata masih kurang lebih 100 orang peserta. Dari 54 orang ini kita membagi menjadi 5 kelompok agar kegiatan yang komunitas kerjakan ini bisa terbagi semua tugas dan tanggung jawabnya.
"kita harus bagi kelompok, agar semua merasa memiliki, satu kelompok kita membagi 5 orang untuk sementara. Kalo sudah terdata dan akomodir semua maka personil kelompok akan kita tambahkan, dan juga mungkin kita tambahkan lagi kelompok," tandasnya.
Untuk sementara, pihaknya bersama komunitasnya belum memiliki Sekretariat yang permanen. Namun, dirinya sudah mendapatkan titik terang soal sekretariat, yakni pihaknya sudah ditawarkan Rumah oleh Lurah Manumutin, Kecamatan Kota Atambua, Kabupaten Belu tepat rumah lama lurah yang berlokasi di depan Bandara AA. Bere Talo, Haliwen, Manumutin.
"Kita sudah ditawarkan rumah, beliau mau memberikan rumah lamanya untuk dijadikan sekretariat bersama," terangnya lagi.
Sebelumnya, jelas Juan, dirinya bersama teman-teman difabel yang lain pernah tergabung dalam satu komunitas yakni, KOMPESA (Komunitas Penyandang Disabilitas), akan tetapi ada satu dan dua hal lain sehingga usia komunitas yang pertama tidak bertahan lama.
"Iya komunitas lama itu bubar karena ada satu dan dua hal didalam tubuh komunitas itu sendiri, dan setelah itu kita para difabel tidak lagi terurus dengan baik sehingga kita berinisiatif untuk perbaharui lagi," tutupnya.
(*Novryano)