SIKKA.SPEKTRUM-NTT.COM ||Kelompok Penyandang disabilitas atau kaum difabel yang tergabung dalam Organisasi Difabel Sinar Mulia, merasa kesulitan dana dan lainnya selama pandemik COVID-19 ini berlangsung, untuk menjalankan kegiatan Organisasi sehari-hari.
Oraganisasi Kaum Difabel bimbingan Jaringan Pendamping Kebijakan Pembangunan (JPKP) Sikka ini kemudian mulai mencari upaya dalam menghidupkan kegiatan Organisasi yakni dengan memasarkan produk Lele Luk, yang merupakan cemilan khas orang Sikka.
Korfina Sino, Pengurus Organisasi Difabel Sinar Mulia ketika ditemui Media ini, Sabtu (7/8/2021) mengatakan bahwa usaha Lele Luk yang merupakan cemilan khas Sikka ini mulai diproduksi sejak tahun 2020 lalu, semenjak pandemik ini berlangsung.
Ia melanjutkan bahwa upaya ini mulai dirintis ketika pihaknya mulai mengalami kendala dalam menjalankan seluruh program dan kegiatan Organisasi, dan kini sudah mulai dipasarkan ke luar daerah dengan harga jualan yang lumayan baik.
"Kami mulai merintis usaha Lele Luk ini ketika pada waktu Pandemik pertama kami mulai mengalami kendala untuk menghidupkan Organisasi. Berkat bantuan dari Pater Robert Misel yang menyumbang kami alat produksinya, kami mulai intensif memproduksi dan mempromosikan nya dan mulai memasarkan sampai ke luar daerah", Ujar ibu Korfina.
Ia lanjut mengatakan bahwa cemilan Lele Luk terbuat dari bahan dasarnya jagung yang dibeli di Pasar, dan setelah diproduksi dan jadi dalam kemasan langsung dijual dengan harga bervariasi yakni dalam bentuk toples seharga Rp. 25.000, dama bentuk paket anyaman Rp. 50.000 sampai Rp 100.000.
Sementara itu, selain cemilan Lele Luk, Organisasi Difabel Sinar Mulia juga membuat anyaman dan pernak-pernik dari bahan dasar lokasi untuk dipasang di masker, gelang, anting, kalung, dan kontas.
Maria Erlina Marta Mete, Devisi Sosial Kemanusiaan JPKP Sikka dan Duta Kemanusiaan JPKP NTT mengatakan bahwa Kelompok Difabel Sinar Mulia mulai merintis usaha ini dengan tujuan untuk mendukung program utama Organisasi Kaum Difabel yang merupakan dampingan JPKP. Program yang sementara dilaksanakan yakni pendampingan terhadap anak putus sekolah yang mengikuti program paket A sampai C (SD, SMP, dan SMA), kerjasama dengan PKBM harapan bangsa Kupang.
Ia menambahkan bahwa untuk program pendampingan ini, kloter pertama sementara belajar melalui Daring sebanyak 15 orang, dan sementara melakukan pendataan untuk kloter kedua tahun ajaran baru.
Selain program Pendidikan, pihaknya juga sementara melakukan pendataan untuk warga yang belum memiliki rumah layak huni, dan sementara mengerjakan MCK untuk kelompok Difabel Sinar Mulia, dan berencana untuk mengerjakan rumah singgah untuk Kaum difabel di Sikka.