PERSEPSI MASYARAKAT TENTANG ACARA MATA NAJWA
OLEH
NAMA : TOWIYAH
NIM : 210501010093
KELAS : KOMUNIKASI MASSA KM 102
Suatu hal yang tidak dapat kita pungkiri bahwa saat ini perkembangan media dan teknologi membuat seseorang untuk mencari tahu informasi yang dia inginikan. Dan biasanya seseorang akan mencari informasi melalui media sosial atau televisi.
Hal ini dapat kita lihat di berbagai daerah banyak masyarakat sudah dengan cepat mengakses beragam informasi yang akhirnya berdampak pada beragamnya pandangan seseorang tentang sebuah tayangan atau berita yang ia tonton. Dan sering mengakibatkan konflik yang berkepanjangan dan pada saat ini penulis akan menguraikan pandangan masyarakat tentang tayangan MATA NAJWA pada media televisi Trans 7.
Najwa Shihab adalah seorang jurnalis televisi yang lahir di Makassar,Sulawesi Selatan, 16 September 1977. Semasa SMA, Najwa terpilih mengikuti program pertukaran pelajar ke Amerika. Di Indonesia program ini dilaksanakan oleh Yayasan Bina Antarbudaya, selama satu tahun di Amerika (https://www.viva.co.id).
Mata Najwa mulanya disiarkan di Metro TV sejak 25 November 2009. Pada Agustus 2017, program Mata Najwa berhenti tayang di Metro TV, dan pindah tayang ke TRANS7 mulai tanggal 10 Januari 2018. TRANS7 menayangkan acara Mata Najwa setiap hari rabu pukul 20.00 WIB - 21.30 WIB.
Bagi saya Mata Najwa adalah salah satu program yang sangat mendidik dan bersifat motivasi,hal ini dapat dilihat dari gaya bicara dan bahasa yang digunakan pada saat membawa acara tersebut. Ia dapat memberikan pengaruh yang besar pada orang yang menonton acaranya. Selain itu,ia juga adalah DUTA BAHASA INDONESIA sehingga kehadirannya sering memotivasi banyak penonton untuk meningkatkan pengetahuan dan meningkatkan minat baca. Hal ini dapat dilihat bahwa literacy di Indonesia sangatlah rendah,Sebagian masyarakat di Indonesia menggunakan waktunya untuk menonton tayangan televisi dan bermain smartphone.
Berdasarkan hasil pengamatan saya program Mata Najwa yang ditayangkan di Trans 7 memiliki pengaruh besar untuk masyarakat dan dapat merubah pandangan masyarakat tentang politik di Indonesia. Selain itu jika diamati program tayangan tersebut juga dapat menimbulkan perbedaan pandangan di tengah masyarakat.
Sejauh pengamatan saya dalam beberapa bulan ini program tersebut
bermanfaat bagi masyarakat,walaupun kadang menjadi kontroversi ditengah masyarakat.
Dapat juga dikatakan bahwa program Mata Najwa memiliki dampak positif dan menghasilkan persepsi yang baik di kalangan masyarakat,sehingga program tersebut memenuhi beberapa fungsi media yaitu informatif,edukatif dan menghibur. Dikatakan informatif karena setelah menyaksikan program tersebut masyarakat akan mendapatkan informasi terkait pembahasan yang di bahas pada tayangan program tersebut.
Selain programnya yang menarik figure pada program tersebut adalah seorang jurnalis senior,sehingga menjadi daya tarik tersendiri dan mendapat perhatian dari pemirsa. Najwa Shihab juga memiliki wawasan yang sangat luas serta sangat kritis dalam memberikan pertanyaan kepada narasumber.ia juga memiliki kemampuan yang mampu mengajak pendengar untuk melakukan apa yang ia sampaikan.
Setelah melihat penulis mencoba menganalisis terkait dampak pesan pada tayangan dan jika dikaitkan dengan teori efek media maka ditemukan bahwa program Mata Najwa di media televisi Trans7 menggunakan teori Teori Jarum Hipodermik atau Teori Peluru (Hypodermic Needle Theory or Magic Bullet Theory)
Teori jarum suntik atau lebih dikenal dengan teori jarum hipodermik pada hakekatnya adalah model komunikasi searah, berdasarkan anggapan bahwa komunikasi massa memiliki pengaruh langsung, segera dan sangat menentukan terhadap audience. Komunikasi massa merupakan gambaran dari jarum raksasa yang menyuntik audience yang pasif. Pada umumnya khalayak dianggap hanya sekumpulan orang yang homogen dan mudah dipengaruhi. Sehingga, pesan-pesan yang disampaikan pada mereka akan selalu diterima, bahwa media secara langsung dan cepat memiliki efek yang kuat tehadap komunikan (Walid Wardhana. 2018).
Jika melihat pada teori tersebut maka pada dasarnya setiap informasi yang diterima telah mengalami proses pensensoran,pemilihan,penyortiran,sehingga dapat di konsumsi dengan baik oleh masyarakat.
Pada mulanya Teori Jarum Hipodermik ini dikemukan oleh Harold Lasswell pada tahun 1920-an. Teori Jarum Hipodermik (Hypodermic Needle) atau biasa disebut juga teori peluru (Bullet Theory), memprediksikan efek-efek komunikasi massa yang kuat dan kurang lebih universal pada semua khalayak (Servin, Werner, 2005, 314).
Dari teori tersebut dapat di asumsikan bahwa program media massa secara langsung,cepat,mempunyai efek yang sangat kuat untuk masyarakat. Media massa digambarkan lebih pintar dan lebih berkuasa di bandingkan dengan masyarakat. Masyarakat di kategorikan sebagai yang pasif sehingga apapun yang diberitakan oleh media dapat di terima begitu saja sehingga menjadi budaya yang baru bagi kehidupan mereka. (**/red/ Photo Internet.
DAFTAR PUSTAKA
Servin, Werner J. 2005, Communication theories : origins methods use New York : Hastings House 1979.
Walid Wardhana. 201 Teori dan Model Komunikasi Massa Teori Jarum Hipodermik (Hypodermic Needle Model. Dapat diakses pada laman. https://www.academia.edu/7344437/Teori_dan_Model_Komunikasi_Massa_Teori_Jarum_Hipode rmik_Hypodermic_Needle_Model?