Kupang.Spektrum-ntt.com || Pemerintah Kota Kupang menggandeng Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) dan Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia (POGI) NTT tangani stunting di Kota Kupang.
Kegiatan yang bertajuk Gerakan Kemanusiaan Penanganan Stunting ini digelar serentak di 12 Puskesmas yang ada di Kota Kupang. Kegiatan dibuka oleh Penjabat Walikota Kupang, Linus Lusi, S.Pd., M.Pd., didampingi Pj. Ketua TP PKK Provinsi NTT, Ny. Santi Ambarwati, Pj. Ketua TP PKK Kota Kupang, Ny. Angela Lusi-Deran di Puskesmas Oesapa pada, Senin (13/10/24).
Kegiatan pembukaan tersebut dihadiri para Kepala Perangkat Daerah Lingkup Kota Kupang, Para Dokter Spesialis yang tergabung dalam IDAI dan POGI, Camat dan Para Lurah se-Kecamatan Kelapa Lima, Kepala Puskesmas Oesapa serta orang tua dan anak penerima manfaat.
Dalam sambutannya, Pj. Walikota memberikan perhatian serius terhadap isu stunting yang masih melanda lebih dari 900 anak di wilayah Oesapa.
Pj. Walikota juga menyampaikan bahwa, pentingnya peran orang tua, khususnya ibu-ibu, dalam mengatasi masalah kesehatan anak. Dari 900 anak yang masih mengalami stunting, kehadiran Ibu-ibu untuk penimbangan berat badan sangatlah vital dan akan didampingi oleh dokter spesialis yang peduli dengan masa depan anak-anak.
Ia menekankan bahwa pentingnya memiliki keluarga yang sehat.
"Jika memiliki lebih dari dua anak, pastikan ada dukungan ekonomi yang memadai, lingkungan yang sehat, dan akses air bersih. Mari kita berkomitmen untuk menghindari sifat malas dan memperhatikan kesehatan anak-anak," tegasnya.
Pj. Wali Kota juga mengingatkan kepada para bapak untuk bekerja keras dan bertanggung jawab dalam mendukung keluarga sehingga tidak ada toleransi terhadap stunting di Oesapa dan harus bersama-sama berusaha menciptakan lingkungan yang sehat bagi anak-anak.
Selain itu, Pj. Walikota menekankan pentingnya peran Puskesmas sebagai pusat edukasi kesehatan.
"Indikator kelurahan yang sehat adalah tidak adanya kasus stunting dan angka kunjungan pasien ke Puskesmas di bawah 50%. Ini bukan pabrik, tetapi tempat di mana edukasi kesehatan berjalan terus," jelasnya.
Untuk memastikan keberhasilan program ini, Pj. Walijota meminta adanya laporan rutin bulanan dan tahunan.
Ia pun menegaskan bahwa, instansi pemerintah, baik di tingkat daerah maupun pusat, berkomitmen untuk mencegah stunting sebagai isu bersama.
Gerakan kemanusiaan guna mencegah stunting ini merupakan inisiatif Pj. Gubernur NTT yang dijabarkan oleh Pj. Walikota melalui kerjasama dengan IDAI, POGI, dan instansi terkait lainnya.
Sementara, Kepala Dinas Kesehatan Kota Kupang, drg. Retnowati, M. Kes melaporkan bahwa kasus stunting di Kota Kupang telah menjadi perhatian utama sejak tahun 2021, dimana prevalensi stunting mencapai 26,1%.
Dengan upaya bersama, pada tahun 2022 telah melakukan pendataan langsung bersama Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) dari Kementerian Kesehatan dan data menunjukkan angka stunting menurun menjadi 21,5%.
Hingga tahun 2024, angka tersebut berhasil diturunkan menjadi 18,4%. Meskipun penurunan persentase menunjukkan kemajuan, Kadis Kesehatan menekankan pentingnya melihat data riil. Dari total kasus yang ditangani sebanyak 4.594, kini angka tersebut berkurang menjadi 4.086, urai drg Retnowati.
Untuk mencapai hasil ini, sambungnya, Dinas Kesehatan Kota Kupang telah melaksanakan berbagai intervensi spesifik, termasuk pemberian makanan tambahan, tablet tambah darah, pemeriksaan ibu hamil, serta dukungan bagi remaja yang mengalami leukemia. Inovasi terus dilakukan untuk menangani stunting, salah satunya melalui pemberian susu Pangan Olahan untuk Keperluan Medis Khusus (PKMK) yang dirancang untuk memenuhi kebutuhan nutrisi anak-anak stunting.
"Sejak tahun lalu, kami telah menyediakan susu PKMK, dan hingga saat ini, Puskesmas Oesapa telah melaporkan distribusi lebih dari 500 susu PKMK," ungkap Kadis Kesehatan.
Hal senada disampaikan Kepala Puskesmas Oesapa, dr. Ovlian Manafe, bahwa hasil evaluasi terbaru mengenai masalah gizi di wilayah kerjanya, mencakup sasaran balita dan ibu hamil yang menjadi perhatian utama dalam upaya meningkatkan kesehatan masyarakat. Jumlah balita yang menjadi sasaran program adalah 3.887, sedangkan sasaran ibu hamil terdapat 1.783 ibu hamil.
"UPTD Puskesmas Oesapa telah melaksanakan berbagai intervensi spesifik dan sensitif, antara lain perawatan gizi buruk, rujukan balita gizi buruk ke rumah sakit, pemberian makanan tambahan lokal bagi balita gizi kurang dan ibu hamil Kurang Energi Kronis (KEK), tatalaksana balita stunting dengan susu PKMK, serta edukasi gizi secara berkala," ungkapnya.
Selain itu, sambung dr. Ovlian, telah dilakukan intervensi sensitif meliputi kunjungan lintas sektor serta bantuan dari donatur dan CSR untuk mendukung pelatihan dan pendampingan. Harapannya dengan upaya kolaboratif ini, status gizi balita dan ibu hamil di wilayah Oesapa dapat meningkat, sehingga menciptakan generasi yang lebih sehat dan produktif. (Tim)
Sumber : Prokompim Kota Kupang