Kupang.Spektrum-Ntt.com || Julie Sutrisno Laiskodat mengupayakan agar petani di NTT dapat bangkit dan sejahtera dalam meningkatkan produktivitas hasil pertanian tanpa menggantungkan diri dengan pupuk bersubsidi.
Upaya ini dilakukan Julie Laiskodat menggandeng Program "Makmur" oleh PT Pupuk Indonesia (Persero) sekaligus melaksanakan sosialisasi dan bimbingan teknis kepada para petani di Kelurahan Tuatuka, Kecamatan Kupang Timur (30/11/21).
Di depan Bupati Kupang, Korinus Masneno serta para undangan lainnya, Julie Laiskodat terlebih dahulu menyerahkan secara simbolis program stimulus produk pupuk non subsidi kepada Koperasi Pemuda Milenial Tuatuka senilai Rp. 100.000.000.
Dalam penjelasannya Julie Laiskodat mengungkapkan kepada para petani di seluruh Indonesia hanya kebagian pupuk subsidi setiap tahun sebanyak 24 juta ton. Hal yang sama juga dengan anggaran, di mana anggaran untuk pupuk subsidi hanya 30 persen. Maka pastinya semua petani tidak akan terakomodir.
“Kita NTT tidak boleh mengemis pupuk subsidi. Mental petani kita bukan pengemis. Kita jangan berharap di Pemda. Alam kita 90 persen kita adalah pertanian. Kopi, coklat dan kelor kita terbaik di dunia. Kita harus benar-benar berjuang untuk kesejahteraan petani NTT di masa yang akan datang. Kita mulai dengan tidak bermalas-malasan, kita berjuang dengan porsi masing-masing dengan tetap menatap masa keemasan petani di kemudian hari,” UjarJulie Laiskodat.
SEVP Operasi Pemasaran Pupuk Indonesia, Gatoet G. Noegroho dalam kegiatan Bimbingan Teknis (Bimtek) mengharapkan kiranya bimtek ini mendapat dukungan dari pihak parlemen khususnya Komisi IV DPR RI untuk mensosialisasikan serta mencarikan solusi lain dalam mengoptimalkan penggunaan pupuk subsidi untuk mendukung musim tanam.
Pasalnya, masih banyak petani yang menganggap bahwa semakin banyak pupuk khususnya urea maka tanaman yang dihasilkan semakin bagus. Padahal penggunaan pupuk urea yang semakin banyak membuat kondisi lahan atau tanah menjadi tidak sehat.
Kondisi tanah yang tidak sehat dikarenakan penggunaan pupuk kimia dan pestisida yang berlebihan dalam jangka panjang. Adapun rata-rata petani nasional menggunakan urea sebanyak 400 kg per hektar.
Selain itu, dikatakan Gatoet, Pupuk Indonesia juga berharap kegiatan pemupukan berimbang dapat didukung oleh teknologi dan infrastruktur pertanian yang baik sehingga dapat meningkatkan produktivitas yang berujung kepada meningkatnya pendapatan petani.
“Perlu kita ketahui bersama juga, bahwa ketersediaan pupuk bersubsidi memang terbatas. Oleh karena itu pemerintah menerapkan sejumlah aturan dan persyaratan sehingga penyalurannya lebih tepat sasaran dan diterima oleh mereka yang berhak. Dan tentunya tidak semua petani pada akhirnya dapat memperoleh pupuk bersubsidi sesuai dengan keinginannya. Sedangkan, pupuk non subsidi harganya lebih tinggi jika dibandingkan pupuk bersubsidi,” ungkapnya.
Bupati Kupang, Korinus Masneno, menyatakan Program Makmur berupa pengoptimalan pupuk non subsidi ini baik dalam upaya peningkatan bertahap demi kemandirian petani. Menurutnya, hal ini perlu dilakukan demi peningkatan produktivitas, karena pupuk subsidi hanya mampu melayani 30% sesuai anggaran.
“Jadi karena itu perlu ditempatkan pupuk non subsidi dan ini langkah baik pemerintah yang harus kita sosialisasikan kedepan. Kalau tidak produktivitas kita tidak bisa berkembang,” tutupnya. (ahk)