SIKKA, spektrum-ntt.com II Tim Relawan untuk Kemanusiaan (TRUK) menyelenggarakan kampanye 16 hari anti Kekerasan Terhadap Perempuan dan Anak (KTPA) yang berlangsung selama 16 hari terhitung sejak 25 November lalu sampai 10 Desember yang akan datang.
Sr. Fransiska Imakulata, SSpS, Koordinator TRUK mengatakan bahwa rangkaian kampanye 16 hari anti KTPA ini sudah diisi dengan berbagai kegiatan diantaranya melakukan kegiatan workshop bersama OPD Sikka untuk mendorong agar kebijakan anggaran berbasis gender lebih khusus perempuan, anak dan difabel.
Selain itu juga di bidang Pendidikan dengan melakukan sosialisasi ke beberapa sekolah dengan melibatkan organisasi perempuan dan para guru, juga menyasar ke tingkat dasar yaitu Desa/Kelurahan dan juga gerakan organisasi sosial kemasyarakatan. Selain itu juga menggandeng para akademisi untuk berbicara tentang persoalan perempuan dan anak.
“Hari ini kita kampanyekan 16 hari anti kekerasan terhadap perempuan dan anak melalui media Youtube yaitu. Pilihan yang kami gunakan ini disesuaikan bahwa banyak orang menggunakan akses Youtube. Selain Youtube kedepan kami juga gunakan Tik-Tok atau facebook. namun saat ini kami masih memilih Youtube”, Ungkapnya, Senin (6/12/2021).
Sementara itu, dalam isi video kampanye tersebut dimulai dengan tagar tagline pembuka #Saya pulih,#saya membangun harapan, Saya memutus rantai kekerasan, dan diakhiri dengan tagline penutup #dukung korban, #dukung kekerasan penghapusan seksual, #Gerakan bersama, #sahkan RUU tindakan kekerasan seksual.
Pater Ignas Ledot SVD menyatakan bahwa penetapan tanggal dan bulan tersebut untuk menarik perhatian publik bahwa ada pesoalan tentang kekerasan terhadap perempuan dan anak. Kampanye ini dilakukan secara masif di seluruh dunia dengan kesepakatan waktu mulai tanggal 25 November sampai 10 Desember.
Pater Ignas melanjutkan bahwa tujuan dari kegiatan ini yaitu mendorong upaya penghapusan kekerasan terhadap perempuan dan anak
Heni Hungan, Sekertaris TRUK mengatakan bahwa kampanye ini sebenarnya digerakan oleh organisasi perempuan yang ingin menyuarakan hak-hak nya. Sementara soal tanggal dan bulan kemungkinan dihubungkan dengan isu kekerasan terhadap perempuan dengan isu HAM.
“Seperti kita memperingati hari HIV Aids 1 Des, 7 Desember kita peringati hari relawan, 3 Des Hari disabilitas”, Ungkapnya.
Ia melanjutkan bahwa hari-hari itu dipilih untuk mengingatkan kembali publik khususnya Pemerintah bahwa untuk melindungi hak perempuan dan anak dan hak kaum minorotas lainya menjadi perhatian yang sangat penting.